Bea Cukai Dulu, Kini dan Nanti (Sebuah Catatan Tentang Reformasi Birokrasi yang Terealisasi)
Saya (paling kiri) dan teman-teman BRID |
“Hm… it’s so exclusive!”
Adalah
kalimat pertama yang terucap di hati ketika dua unit mini bus milik Bea Cukai
meluncur membawa kami dari Blogger Reporter Indonesia (BRID) ke area kargo Bandara Soetta pada Selasa, 18 November 2014 lalu. Lengkap
dengan supir dan pengawal yang berseragam dari instansi bersangkutan. Wilayah
yang tidak sembarang orang bisa masuk. Pengawasan dan pengawalan selalu
diterapkan. Dimana-mana terlihat orang berseragam biru tua.
“Uh… it’s so friendly!”
Adalah
kesan kedua saya setelah memasuki gedung kantor yang sudah mendapat predikat
modern karena pelayanannya yang prima. Banyak staf dengan beragam aura bijak yang
sepertinya menjunjung profesionalisme tugas, tetapi begitu hangat dan ramah
menyambut kami yang jalan bergerombol dan bermimik serupa. Takjub!
Dan
kesan selanjutnya hingga seterusnya tentang kantor modern ini adalah,
“Woww... it’s so cool!”
Ruangan yang memberi
kesan akrab dan setting panggung
dengan home band yang keren berkostum
Bea Cukai. Siap menyampaikan banyak hal seputar kepabeanan. Ckkckck.. serasa bukan
di sebuah kantor pengawasan yang lingkupnya internasional deh! Hehee...
Sambil
menikmati hidangan yang sudah terhampar menggoda tangan untuk meraihnya, acara kemudian
dibuka oleh MC tanpa seragam Bea Cukai. Nah, ini yang agak aneh. Kok MC-nya
malah tak berseragam? Belakangan baru diakui sang MC bahwa seragamnya sudah tak
muat lagi. Waahahaa. Belum hilang rasa takjub saat di awal kedatangan tadi
kami disambut juga oleh mbak-mbak cantik
berselempang kain emas bertuliskan Brand
Ambassador. Lalu menikmati snack pagi dengan iringan home band di atas
panggung berseragam Bea Cukai. Kini giliran menemui MC kocak. Hmm, mungkin dia
pemenang SUCI Bea Cukai alias Stand Up Comedy Indonesia ala Bea Cukai yaa!
Diawali dengan sambutan keempat tokoh Bea Cukai diantaranya Bapak Okto dariDirjen Bea Cukai, Bapak Iwan dari Panitia Hari Anti Korupsi, Bapak Sofyan Helmi selaku Kepala SeksiPenyuluhan Layanan dan Informasi. Dan Bapak Jatmiko (Kiko) dari Pusat Unit Pengawasan Pelayanan.
Paparan dari keempat tokoh di atas begitu menarik perhatian saya. Pak Okto yang memperkenalkan seragam baru petugas, Pak Hilmi yang begitu lancar menguraikan aktivitas di lingkungan bandara serta prospek Bea Cukai kedepan. Pak Kiko dengan informasi layanan pengaduan, serta Pak Iwan yang panjang lebar berbagi kisah perjalanan reformasi birokrasi.
Apalagi pengalaman yang dipaparkan oleh Bapak Iwan selaku panitia Hari Anti Korupsi di KPPBC Soetta. Beliau seringkali mendapat komentar tidak mengenakan dari masyarakat awam seputar image Bea Cukai yang korup, birokratis dan menyulitkan. Padahal sudah sejak tahun 2007 Bea Cukai melakukan gerakan reformasi birokrasi demi perubahan paradigma pegawai agar lebih profesional, berintegritas, transparan, berorientasi pelayanan yang cepat, efisien dan responsive berdasarkan prinsip good governance.
Melalui paparannya yang panjang lebar, Pak Iwan memiliki banyak kisah inspiratif saat berjuang mensosialisasikan reformasi birokrasi di tubuh Bea Cukai melalui radio maupun acara road show bertajuk “Bea Cukai go to campus”.
“Ini
sudah harga mati!” ucap Pak Iwan tegas terkait reformasi tersebut. Dan beliau menjamin 100 % bahwa
para pimpinan di lingkungan KPPBC Soetta ini tidak akan ada yang menjadi
aktor korupsi.
Pak
Hilmi pun menambahkan bahwa di lingkungan bandara tersibuk di Indonesia
ini Bea Cukai telah menata sistem dan prosedur pelayanan untuk
meminimalisir perilaku petugas yang tidak bertanggung jawab. Seperti
pengadaan ruang CCTV guna mengawasi gerak-gerik petugas yang patut
dicurigakan.
Semua
pertanyaan rasanya terjawab sudah pasca saya mengunjungi KPPBC di area
Cargo Bandara Soetta. Bersyukur saya dapat menghadiri acara yang digelar
oleh instansi yang berada di bawah Kementrian Keuangan ini bersama
teman-teman Blogger Reporter Indonesia (BRID) sejabodetabek. Kabar
miring seputar kinerja birokrasi di dalamnya yang selama ini tersimpan
di mindset saya pun berubah seketika.
Kurun waktu selama tujuh tahun ternyata telah berhasil mengantar instansi ini pada wajah dan
tampilan baru. Tepatnya sejak digulirkannya iklim reformasi birokrasi
sejak tahun 2007 di lingkungan Kementrian Keuangan. Dengan melakukan
perubahan di setiap lininya, pihak-pihak terkait menerapkan pembenahan
demi terwujudnya akselerasi reformasi. Mulai dari paradigma pegawai
mengenai etos kerja, sampai pada tampilan seragam, atribut, serta simbol
yang khas mencirikan eksistensinya di jagad kepabeanan.
Sebagaimana
yang kita ketahui, Bea dan Cukai berfungsi mengawasi arus keluar masuk
barang dengan melakukan pajak (pungutan) yang telah diatur dalam UU
Cukai (UU 11/1995 dan UU 39/2007) dan UU Kepabeanan (UU 10/1995 dan UU
17/2006). Pengawasan ini dilakukan sebagai pengontrol agar negara kita
terbebas dari hal-hal yang merugikan dan membahayakan.
Setelah
memperoleh pembekalan informasi dan edukasi yang menyeluruh tentang kinerja Bea
Cukai, maka tour pun dimulai. Pertama-tama kami diajak ke tempat “Control Room”
yang berisi ratusan monitor dengan pengawasan ketat. Dari sinilah segala
aktivitas di bandara terpantau dengan jelas. Para penumpang dan petugas yang
mencurigakan semua dapat diamati. Sayang sekali ruangan ini tidak bisa kami
ambil gambarnya karena dilarang oleh Pak Felix, sang kepala ruangan.
Keberhasilan
petugas Bea Cukai dalam menangkap para penyelundup pun berawal dari “Control
Room” ini. Alhasil, tertangkaplah banyak pelaku yang terbaca melalui trik jitu ala intel Bea Cukai, yakni "Profiling" (pemantauan melalui gerak-gerik dan bahasa tubuh yang mencurigakan).
Untuk itu, setelah mengunjungi tempat "Control Room", kami diajak langsung menyaksikan "Press Conferens" atas penangkapan 5 penyelundup narkoba yang terdiri dari warga negara Vietnam, Iran dan Indonesia
Dari press conferens kami lalu dibawa ke area kantor posnya bandara, yakni "Tukar Pos Udara". Bapak Rahmat selaku kepala kantor menyambut kami dan langsung menguraikan tentang proses penerimaan dan pengiriman surat dan dokumen dari dan ke luar negeri.
Dari sini kami beranjak ke area "CARGO". Yakni tempat pengiriman barang dari dan ke luar negeri. Para blogger pun tidak menyia-nyiakan kesempatan bertanya dan menyalurkan rasa ingin tahunya ketika berhadapan dengan kepala pengelola.
Semua
pertanyaan rasanya terjawab sudah pasca saya mengunjungi KPPBC di area
Cargo Bandara Soetta. Bersyukur saya dapat menghadiri acara yang digelar
oleh instansi yang berada di bawah Kementrian Keuangan ini bersama
teman-teman Blogger Reporter Indonesia (BRID) sejabodetabek. Kabar
miring seputar kinerja birokrasi di dalamnya yang selama ini tersimpan
di mindset saya pun berubah seketika.
ulasannya bagus mba, salam kenal & ditunggu ulasan berikutnya :)
BalasHapusterimakasih sudah mampir.. maaf saya sedang rehat menulis :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus