Selasa, 12 April 2011

RINDU MAYA


Tuhan, ke manakah rimbanya Mamasku?  Setelah sekian lama obrolan di chatroom yang kami rangkai saat melewati hari-hari nan bersahabat, kini aku merasa kehilangannya. Sungguh ini karunia berhikmah sepanjang perjalananku di dunia maya. Entah apa yang menimpanya, sudah sebulan lebih tak ada kabar. Aku takut dia terserang stroke karena hypertensinya. Semoga saja dia benar-benar sedang beristirahat, mengurangi beban pikiran karena setumpuk pekerjaan yang selalu membuat tensinya meninggi.
Atau, apakah dia tengah diserang inbox yang memojokkan gara-gara menggunakan kata “dear” pada perempuan bersuami yang rajin mengisi wallnya? Tentu bukan aku lah perempuan itu. Hal terpenting bagiku dalam bersahabat adalah saling memberi manfaat Tak pernah sedikitpun dalam benakku tertuang tuk menautkan hal-hal yang tak berguna, apalagi bagi seorang pria mapan seperti dia. Huft! Imageku sudah begitu sempurna di matanya. Mungkin Tuhan sedang mengarahkan, tentang beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam bersikap. Tanpa aku yang selama ini hanya lah sosok semu,  tentu tak akan mengurangi kebaikan masa depan yang sudah tertata rapi di benaknya.
Tak pernah sama sekali kubayangkan rasa kehilangan ini. Padahal baru saja dia memberi julukan “perempuan hebat” padaku. Kenapa? Karena aku selalu berdiri tegak di tengah gelombang hidup yang membawaku menuju pencerahan. Sesekali dengan gaya bahasanya yang khas dia turut memotivasiku. Dan saat ia terpuruk, giliran aku yang membangkitkan semangat hidupnya kembali. Bila ada kata-katanya yang tak  berkenan buatku, aku langsung menegurnya dengan tegas dan penuh was-was, khawatir dia tak terima. Tapi Mamasku ini memang hebat, dia tak pernah sakit hati dengan teguranku yang kadang sok idealis!  Cuma, masih ada ngambeknya sedikit sih, hehehee. Ya Tuhan, aku rindu sekali sapa dan guraunya yang  bilang aku jelek. Duh, air mataku kok jatuh ya? Huhuu, aku menangis. Ah, dasar adik  yang cengeng!
Sulit sekali melupakan semua yang sudah begitu hebat di ruang chatt itu. Saling mendo’a, menguatkan, mengingatkan yang terlalai atau sekedar menyapa penuh canda, hingga terurai pula salam rindu layaknya adik dan kakak yang terpisah jarak waktu. Sebagai sahabat, kupahami  semua ungkapan hatinya yang begitu menghargai cinta. Cinta yang telah mati baginya, namun hidup kembali sejak aku menawarkan diri menjadi seorang adik. Ya… aku ingat waktu kusampaikan padanya tentang cinta yang bermakna luas. Bahwa cinta juga merupakan kekuatan positif untuk saling mengindahkan kehidupan sesama. Dan atas nama cinta yang maha luas itu, hari ini aku hanya butuh dua kalimat yang biasa digunakannya saat menyapa pagiku.
Adik Maya jelek, semoga harimu menyenangkan ya…” berikut ikon senyum, sekedar kutahu bahwa dia baik-baik saja di sana. Ya… semoga!