Minggu, 20 April 2014

Sariawan? Cooling Down Sajalah Pakai Kuldon!


 
 Resah, gelisah, sengsara, menderita. Ng, apa lagi ya, istilah yang pas buat menggambarkan suasana hati kalo sariawan melanda? Bete, galau, ilfil, mati kutu, mati gaya... dan segudang rasa gak enak lainnya.                                                                                 
Sumber: Google Image
Dari beberapa faktor penyebab timbulnya sariawan yang saya ketahui diantaranya karena faktor genetik, kurang vitamin, stress, infeksi virus/bakteri, gangguan kekebalan tubuh dan luka tergigit. Rasanya penyebab saya sering sariawan itu yang faktor terakhir deh. Asal makan terburu-buru trus bagian dinding mulut tergigit, pastilah tak lama kemudian Mbak sari dan Mas awan alias sariawan ini datang tanpa mengucap salam. Kalo udah gini, biasanya saya akan bersiap-siap untuk mengalami penderitaan paling enggak 3-6 hari.
Pengalaman yang paling nyebelin itu ketika sariawan nyaris mau sembuh, tiba-tiba bekasnya kesentuh sikat gigi atau makan terburu-buru lagi. Hadeeehhh! Siap-siap menderita lebih lama lagi deh. Habis, mau diobatin pakai apapun tetep sariawan awet berhari-hari. Pernah ada yang kasih saran supaya sariawan cepet hilang dan bete pun melayang, makan saja yang pedas-pedas. Seperti bakso atau mi ayam pake sambel yang banyak, atau juga soto mi yang pedesnya sampe nendang-nendang gitu...
Iya sih, betenya hilang, karena mulut saya ketemu sama jajanan favorit semua. Bahkan saat menyantap jajanan yang pedes itu bener-bener nggak terasa sariawannya. Ternyata, bukannya sudah sembuh, tapi cuma khilap semata. Selesai menyantap, sariawan saya yang tadinya cuma sebesar telaga jadi makin luas kayak danau toba. Alamaaakkk! Mana perut mules-mules teruuss. Untungnya nggak ketemu Demian lagi shooting acara magic. Kalo iya, saya dan dia bisa barengan mengucapkan: Sempurnaaa!
 Hmmh...
 Lucu lagi pengalaman keluarga murid privat saya. Riyan namanya. Suatu hari, Riyan memang saya lihat memberi sekantong kerupuk pada adiknya yang masih balita. Saya sudah ingatkan agar jangan banyak-banyak memberi adiknya kerupuk, kasian nanti batuk. Tapi saat Riyan ambil kerupuknya, si adik yang baru berusia 3 tahun itu malah nangis kencang. Keesokan harinya mama Riyan panik karena si adik badannya demam dan nangis terus. Nggak mau makan, nggak mau nyusu. Diperiksakan ke dokter langganan keluarga, nggak ada perubahan. Bahkan demamnya masih berlanjut hingga 2 hari sehingga mama Riyan takut sekali balitanya terserang DBD. Akhirnya, dibawa lagi ke RS untuk sekalian cek laboratorium. Anehnya, dokter tidak menemukan gejala yang dikhawatirkan sang mama. Nah loh! Trus kenapa dong Dok? Dokter pun memeriksa lebih teliti. Ternyata si adik sakit sariawan. Dan setelah ditelusuri, sariawannya itu gara-gara makan kerupuk kebanyakan.  Fiuhh! Antara mau ketawa sama nahan ketawa sih denger kisah adiknya Riyan itu. Kasian mamanya dikerjain sariawan. Awas nanti tunggu pembalasan kita ya!
Baru-baru ini sebuah perusahaan farmasi nasional berbasis herbal -PT Deltomed Laboratories. Tau dong pastinya perusahaan ini? Yaps! Siapa lagi kalau bukan sang pencetus Antangin JRG yang iklannya sudah mendunia ituuu? Duuh, kapan ya anak saya bisa jadi model iklannya? *Upss…
Sumber: Google Image
Perusahaan yang memiliki beberapa produk herbal lain seperti Obat Batuk Herbal, Natur Slim, Rapet Wangi, Pil Tuntas dan Natur Fiber ini telah meluncurkan satu produk terbaru untuk meredakan sariawan berupa tablet herbal bernama KULDON SARIAWAN. Formulanya terdiri dari daun saga manis yang mengandung glychyrrhizin yang berfungsi untuk anti radang. Lalu ada bunga krisan dan akar alang-alang yang berfungsi untuk penurun panas dan mengurangi rasa sakit.  Ada pula tambahan ekstrak licorice dan ekstrak herba timi yang biasa dimanfaatkan untuk anti radang dan anti septik. Poko’e semua produk Deltomed sudah memiliki sertifikat halal dan CPOTB alias Cara Pembuatan Obat Trasional yang Baik berdasarkan ISO 9000-2008 yang dipastikan 100 % menjamin kualitas produk.
Sumber: Google Image
 Semoga kehadiran KULDON SARIAWAN bisa menumpas habis penderitaan siapapun yang sedang dilanda sariawan. So, yuk kita siap-siap dada babay sama semua rasa yang berbau resah, gelisah, bete, sengsara, galau, ilfil, mati kutu, mati gaya dan kawan-kawannya itu bila mbak sari dan mas awan alias sariawan datang.*siap tempur*
Sariawan? Cooling Down Sajalah Pakai Kuldon!

Kamis, 17 April 2014

Lindungi Darahmu Duhai Pecandu!


Pada Selasa, 25 Maret 2014 tersiar berita di televisi tentang sosialisasi bahaya narkoba oleh BNN di hadapan pengurus dan anggota Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Provinsi Daerah Jakarta. Kebetulan pagi harinya baru saja saya menghadiri sosialisasi bahaya narkoba juga di gedung SMESCO Pancoran, Jakarta Selatan. Acara yang diliput TVRI sebagai taping untuk disiarkan pada Senin, 31 Maret 2014 pukul 20.00 ini menghadirkan banyak nara sumber dan peserta forum. Saya pikir, liputan inilah yang akan ditayangkan oleh reporter TV. Ternyata bukan.
Sebagai pelaku kampanye anti narkoba, pernah terlintas di benak saya tentang bagaimana mensosialisasikan gerakan ini ke lapisan masyarakat sampai ke tingkat RT. Ternyata melalui berita inilah saya mendapat pencerahan.
PDDI (Perhimpunan Donor Darah Indonesia) adalah merupakan anak kandung PMI (Palang Merah Indonesia) yang berisi sekumpulan para pendonor darah sukarela dan memiliki kepengurusan yang terorganisir di setiap provinsi. Berdiri pada tanggal 20 September 1978 dan diketuai oleh Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Adang Darajatun.
Pada kesempatan sosialisasi bahaya narkoba kali ini pihak BNN menggandeng komunitas PDDI Provinsi DKI Jakarta melalui kegiatan Pemberdayaan Masyarakat. Pihak BNN yang diwakili oleh Bapak Dik-Dik Kusnadi dari Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN, memberikan paparan mengenai dampak dan bahaya narkoba bagi pengguna serta jenis narkoba yang banyak beredar di Indonesia. Tidak hanya itu, Pak Dik Dik juga menyuarakan terkait dengan solusi bagi para penyalahguna narkoba untuk diselamatkan. Dan sebagaimana yang telah digaungkan selama tiga bulan belakangan ini, upaya penyelamatan tersebut tidak lain adalah tindakan rehabilitasi tanpa terikat kasus hukum bila pengguna mau mengaku kepada pihak yang terkait untuk melaporkan diri. Penyelamatan ini dilakukan agar nantinya para pengguna tidak merasa malu untuk mengaku jika dirinya memakai narkoba.
“Pemberdayaan masyarakat ini baru berjalan dua tahun. Kami melakukannya dalam rangka menggali potensi masyarakat untuk mau bergerak dan berupaya menanggulangi gencarnya bahaya narkoba di Indonesia. Namun realitanya masyarakat masih berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, melalui pemberdayaan masyarakat ini BNN berupaya untuk menyatukan, memfasilitasi dan lebih meningkatkan lagi peran mereka dalam pencegahan dan pemberantasan bahaya narkoba.” tutur ketua PDDI Jakarta, Bapak R. Pamoedji S.H.
Dalam kesempatan yang sama, Ibu Marlina Faridyati  -Kepala Biro Kepegawaian Markas Pusat PMI- juga menyatakan bahwa Pemberdayaan Masyarakat ini memiliki program jangka panjang yang tidak pernah lepas dari kegiatan donor darah. Sementara kita ketahui para pengguna narkoba itu sangat rentan dengan HIV Aids. Oleh karena itu PMI harus bermitra dengan yang lain seperti BNN, pemuka masyarakat dan siapapun yang berkompeten. Sehingga kita mendapat solusi yang tepat ketika menemukan orang yang positif terkena virus HIV Aids. Melalui pemberdayaan masyarakat ini kita akan terbantu dalam hal menempatkan mereka di lokasi yang tepat.
Sementara itu beberapa manfaat dari kegiatan donor darah yang dilakukan seseorang diantaranya adalah:
1.      Dapat mengetahui golongan darah tanpa di pungut biaya.
2.      Pemeriksakan kesehatan secara teratur. Yakni tiap 3 bulan sekali saat melakukan donor yang meliputi : Pemeriksaan Tekanan Darah, Nadi, Tinggi Badan, Berat Badan (Body Mass Index) Haemoglobine, Penyakit Dalam Penyakit Hipatitis B dan Hipatitis C Penyakit HIV/AIDS
3.      Sekali menjadi Donor dapat menolong/menyelamatkan 3 orang pasien yang berbeda
4.      Pendonor yang secara teratur Mendonorkan Darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan          Resiko Terkena penyakit Jantung sebesar 30 %  seperti serangan jantung Koroner dan Stroke
Peran PMI membantu BNN dalam penanggulangan bahaya narkoba memang dinilai sangat penting. Kepala Unit Donor darah DKI Jakarta menyatakan seperti data yang diterima oleh kantor PMI, bahwa hampir sembilan puluh lima persen pengguna narkoba telah terjangkit virus HIV Aids. Oleh karena itu, bila dalam kegiatan donor darah PMI menemukan orang yang terjangkit virus HIV Aids, maka tindakan yang tepat adalah menempatkan mereka sesegera mungkin di lokasi rehabilitasi untuk memperoleh penanganan medis.
Saya jadi bertanya-tanya: Apakah mungkin seorang pecandu memiliki jiwa sosial untuk mendonorkan darah? Sehingga pihak PMI mengambil sikap waspada terhadap pendonor yang kemungkinan terjangkit virus HIV. Atau, bila seorang pecandu yang sudah terjangkit virus HIV menularkan orang lain misalnya kepada pasangannya. Lalu pasangannya itu terdeteksi virus HIV saat mendonor darah. Apakah tindakan merehabilitasi itu akan menjadi solusi yang tepat?
Barangkali juga pihak PMI akan menelusuri kehidupan seseorang yang terjangkit virus berbahaya itu dengan pertimbangan khusus. Apakah virus tersebut dari pemakaian jarum suntik saat mengonsumsi narkoba atau karena sebab lain? Bila jawabannya adalah yang pertama, barulah mengambil tindakan rehabilitasi.
Hal terpenting yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini adalah Program Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan oleh PDDI tersebut. Sumber lain memberitakan bahwa PDDI Jakarta mulai dihimbau untuk membentuk pengurus dan keanggotaannya hingga tingkat RT. Program ini tentu akan memudahkan pihak BNN dalam memberi wawasan edukasi seputar P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba hingga ke lapisan masyarakat paling bawah.
Baru wilayah Jakarta Utara saja yang kepengurusannya sudah dinilai lengkap oleh pusat. Ada sekitar 6500 orang pendonor tetap yang berasal dari sana. Hal ini sangat membantu bagi warga setempat yang suatu-waktu membutuhkan darah. BAnyaknya jumlah pendonor menandakan tingginya kepedulian warga sekitar terhadap kesehatan orang lain. Angka yang besar itu pun tidak serta merta diperoleh dalam waktu singkat. Awalnya, pada tahun 2006 hingga 2007 hanya ada 10 orang pendonor saja di daerah Jakarta Utara. Lalu bertambah menjadi 20 orang di tahun 2008. Meningkat terus di tahun-tahun berikutnya hingga mencapai 6500 orang di tahun 2014 ini.
Menurut hemat saya, untuk merealisasikan program P4GN selanjutnya BNN dapat berkolaburasi kembali bersama PMI melalui PDDI dengan melakukan penyuluhan yang mengedukasi warga tentang bahaya dan ancaman narkoba. Bila kepengurusan Persatuan Donor Darah Indonesia (PDDI)  Jakarta sudah sampai pembentukannya di tingkat RT, maka tahap penyuluhan demi penyuluhan akan dengan mudah dilakukan. Bahkan lebih efektif dalam memantau tingkat keberhasilannya.


Selasa, 15 April 2014

PERSONAL BRANDING (Gagasan Berpolitik dari Sang Psikolog)



Pada Minggu, 6 April 2014 saya berkesempatan menghadiri acara Peluncuran dan Bedah Buku PERSONAL BRANDING karya Ibu Dewi Haroen. Bertempat di Functions Room Lt.2 Gedung Gramedia Matraman Jakarta Pusat mulai pukul 15.00-17.30 WIB. Sosok yang telah lama menggeluti dunia psikologi sebagai pengajar dan trainer ini merangkul tiga nara sumber ternama yakni Prof.DR.M. Din Syamsudin (Ketua MUI), Prof.DR.Hamdi Muluk (Guru besar Psikologi Politik UI) dan Dwiki Darmawan (Musisi dan Caleg). Sedangkan yang bertindak selaku moderator adalah tokoh politik yang juga pengusaha, Bapak Alvin Lie. Sayangnya, Pak Abraham Samad dari KPK berhalangan hadir hingga acara ini dilangsungkan.
Menarik sekali menyimak dialog pada liputan kali ini. Bagaimana tidak? Semua pembicara merupakan para pakar yang sudah lama menggeluti dunianya masing-masing. Sementara Ibu Dewi yang juga dikenal dengan nama Wita Rifol di media online Kompasiana adalah  seorang psikolog dan pendiri Amalia Psychology. Aktif sebagai trainer dan staf pengajar di Trisakti School of Management.
“Dengan latar belakangnya tersebut menjadikan karya Ibu Dewi ini sesungguhnya adalah serba-serbi mengenai hal-hal seputar bidang yang beliau tekuni –Psikologi secara umum dan khususnya adalah hal-hal seputar persepsi, komunikasi, motivasi, kepribadian dan kepemimpinan dalam bentuk serpihan-serpihan yang terkait satu sama lain dengan bingkai soal PERSONAL BRANDING,” demikian Prof. Hamdi Muluk berkomentar.
Sementara Prof. Din Syamsudin menerangkan bahwa terkait dengan personal branding ini sesungguhnya merupakan kebutuhan naluri manusia yang ingin dikenal. Bisa menimbulkan dampak positif dan juga negatif terhadap proses pembentukan visi dan misi hidup seseorang. Selama naluri itu dilakukan dengan menggali potensi diri sehingga menciptakan pribadi yang berkarakter, maka personal branding seseorang dapatlah dikatakan baik. Tetapi bila sudah dilakukan dengan cara-cara yang tidak sehat seperti memanipulasi diri, maka yang terjadi adalah sebaliknya.
Senada dengan pembicara sebelumnya, Dwiki Darmawan pun berpendapat bahwa butuh waktu yang lama bagi seseorang untuk membranding dirinya. Sebagai music director Dwiki mengakui telah membranding dirinya sebagai musisi yang concern di aliran etnis. Dan itu tidak instan.
Jadi, Personal Branding seseorang dapat dikatakan sukses bila sudah tercipta persepsi yang baik di mata khalayak umum karena satu keunggulan yang telah dimilikinya. Bukan hasil rekayasa atau atas bantuan orang lain sehingga menjadi terkesan dimanipulasi. Hal ini dapat kita lihat dengan sangat jelas di pentas perpolitikan Indonesia. Pertanyaan para peserta forum dalam diskusi ini pun tak lepas dari pembahasan mengenai figur-figur para calon pemimpin dan wakil rakyat yang sedang bertarung meraih perhatian massa demi tercapainya target politik masing-masing kandidat.
Mulai pertanyaan tentang aksi politik Jokowi yang terkesan pencitraan semata, sehingga menimbulkan kecemasan akan terulangnya kepemimpinan hasil manipulasi sekelompok orang yang ingin berkuasa. Hingga pernyataan bahwasanya PERSONAL BRANDING tak lain hanyalah momok yang meresahkan bahkan menakutkan bagi rakyat sehingga rakyat cenderung untuk golput daripada salah memilih. 
Dan Ibu Dewi pun menjawab semua pertanyaan dan pernyataan forum itu dengan senyum tenang, “Semua itu terjawab di buku saya. Pokoknya, beli aja deh!”
Sungguh jawaban yang super. Jujur! saya dan teman-teman Blogger sore itu menyaksikan dengan jelas betapa Ibu Dewi Haroen telah tampil dengan PERSONAL BRANDING dirinya yang tidak meragukan. Ternyata selain bukunya, sosoknya juga sangat menginspirasi para hadirin. Keren Buu!
Usai acara berlangsung, saya tak pikir panjang untuk membeli buku karya Ibu Dewi ini. Siapa tau saya bisa nyaleg lima tahun yang akan datang dan menjadi pemenang? Hehee... 

Yah, kalaupun tidak, saya yakin dengan mengaplikasikan isi buku ini dalam kehidupan sehari-hari, semua orang dapat menjadi pemenang atas dirinya sendiri. Sebagaimana yang ditulis Ibu Dewi di halaman 283 tentang karakteristik pemenang sejati.






Karakter tersebut sangat pas diterapkan saat seorang caleg, capres, atau pun partai, menang dalam pertarungan politik. Karena bila keberhasilan dan kemenangan tidak disikapi sebagaimana mestinya, maka pada gilirannya nanti akan tiba kekalahan hingga berbuntut keterpurukan.